Thursday, February 6, 2014

Marriagable: Gue mau nikah asal.... by: Riri Sardjono

Komen pertama saya setelah baca novel ini: mind fuck.

Biasanya saya bilang gitu untuk novel/film thriller yang jalan ceritanya bener-bener nggak ketebak.

Tapi mind fuck yang ini beda. Saya akui penulis memang pintar membuat kesimpulan yang pintar dalam novel yang dikuasai adegan celoteh segerombolan cewek + satu cowok (yang bisa diitung sebagai cewek) dalam menghadapi masalah percintaan dengan lelaki, terutama masalah perempuan. Berhubung pola pikir mereka cenderung feminis, akan ada dua tanggapan berbeda dari pembaca yang mengikuti novel ini.

Yang pertama adalah golongan feminis atau yang berpotensi menjadi feminis. Tanggapannya dengan mengangguk-angguk dan bilang, "oh iya, bener juga."

Sementara yang kedua adalah golongan bukan feminis atau sama sekali nggak peduli. Tanggapan mereka adalah bingung dan bilang, "hah?"

Novel ini menggambarkan kegundahan dan kegalauan Flo yang awalnya terpaksa menikah karena umurnya sudah 32 (atau 31? atau 30?)

Flo: pokoknya 30-an deh!

Oke... habisnya umur Flo di novel ini agak nggak konsisten.

Ngomong-ngomong kalau penulis sengaja membuat tokoh Flo untuk disebelin....yeay! you did a great job. Saya sebel sama Flo yang terlalu banyak mikir, terlalu cemas sama macem-macem, dan yang paling utama, menyelesaikan masalah dengan masalah.

Rasanya pengen jadi Ara dan di akhir cerita ngomong sama Flo, "Tuh kan, apa gue bilang!"

Yup, biar dikata Ara adalah tokoh yang digambarkan terlalu naif dan kesannya terlalu banyak bermimpi, saya setuju sama dia. Masih heran kenapa Ara bisa seakrab itu sama teman-temannya yang tergolong feminis garis keras.

Pemikiran pembaca tentang cinta akan diputar-putar selama baca novel ini. Saya sih sering nggak bisa mengikuti pemikiran mereka karena terlalu rumit. Buat saya yang tergolong sederhana ini, kalau suka ya bilang aja suka. Kalau nggak bilang nggak. Kalau mau bilang suka tapi takut ada masalah nantinya, ya hadapin masalah nantinya nanti aja, toh belum kejadian.

Sementara itu Flo si tokoh utama berpikir untuk menunda-nunda bilang kalau dia suka sama Vadin, laki-laki yang jadi suaminya karena dijodohkan.

"kenapa?"

"part of me ngerasa takut alau Vadin tahu dia bakal menginjak-injak gue. Atau dia jadi bosan sama gue."

"Karena tantangannya sudah nggak ada?"

"Karena gue sudah ada dalam genggamannya."

Reaksi saya: Hah?? (yup, saya pembaca golongan kedua).

Sepertinya Flo adalah salah satu cewek yang menganggap hubungan cewek dan cowok adalah mana yang menguasai dan dikuasai.

Oke, di luar ketidakcocokan pemikiran saya dengan para feminis garis keras ini, novel marriageable memang easy to read meski ini novel dewasa (duh, biasa baca novel anak-anak sih). Joke-joke yang dilontarkan dalam dialog juga oke dan smart.

Karakter tiap tokoh tergali dengan baik. Awalnya Flo dan Vadin sebagai tokoh utama sangat menonjol dan teman-teman Flo masih samar karakternya, sehingga saya menganggap mereka semua sama. Tapi perlahan karakter teman-temannya satu-satu dibuka dan membuat pembaca bisa mengimajinasikan tiap karakter.

Ada beberapa typo dan kesalahan seperti ketidakkonsistenan umur Flo yang tadi saya sebut. Tapi pada akhirnya saya memberi bintang 3 karena novel ini mampu menarik saya untuk membaca sampai selesai dalam waktu yang singkat :)

No comments:

Post a Comment