Komen pertama saya setelah baca novel ini: mind fuck.
Biasanya saya bilang gitu untuk novel/film thriller yang jalan ceritanya bener-bener nggak ketebak.
Tapi
mind fuck yang ini beda. Saya akui penulis memang pintar membuat
kesimpulan yang pintar dalam novel yang dikuasai adegan celoteh
segerombolan cewek + satu cowok (yang bisa diitung sebagai cewek) dalam
menghadapi masalah percintaan dengan lelaki, terutama masalah perempuan.
Berhubung pola pikir mereka cenderung feminis, akan ada dua tanggapan
berbeda dari pembaca yang mengikuti novel ini.
Yang pertama
adalah golongan feminis atau yang berpotensi menjadi feminis.
Tanggapannya dengan mengangguk-angguk dan bilang, "oh iya, bener juga."
Sementara
yang kedua adalah golongan bukan feminis atau sama sekali nggak peduli.
Tanggapan mereka adalah bingung dan bilang, "hah?"
Novel ini menggambarkan kegundahan dan kegalauan Flo yang awalnya terpaksa menikah karena umurnya sudah 32 (atau 31? atau 30?)
Flo: pokoknya 30-an deh!
Oke... habisnya umur Flo di novel ini agak nggak konsisten.
Ngomong-ngomong
kalau penulis sengaja membuat tokoh Flo untuk disebelin....yeay! you
did a great job. Saya sebel sama Flo yang terlalu banyak mikir, terlalu
cemas sama macem-macem, dan yang paling utama, menyelesaikan masalah
dengan masalah.
Rasanya pengen jadi Ara dan di akhir cerita ngomong sama Flo, "Tuh kan, apa gue bilang!"
Yup,
biar dikata Ara adalah tokoh yang digambarkan terlalu naif dan kesannya
terlalu banyak bermimpi, saya setuju sama dia. Masih heran kenapa Ara bisa
seakrab itu sama teman-temannya yang tergolong feminis garis keras.
Pemikiran
pembaca tentang cinta akan diputar-putar selama baca novel ini. Saya
sih sering nggak bisa mengikuti pemikiran mereka karena terlalu rumit.
Buat saya yang tergolong sederhana ini, kalau suka ya bilang aja suka.
Kalau nggak bilang nggak. Kalau mau bilang suka tapi takut ada masalah
nantinya, ya hadapin masalah nantinya nanti aja, toh belum kejadian.
Sementara
itu Flo si tokoh utama berpikir untuk menunda-nunda bilang kalau dia
suka sama Vadin, laki-laki yang jadi suaminya karena dijodohkan.
"kenapa?"
"part of me ngerasa takut alau Vadin tahu dia bakal menginjak-injak gue. Atau dia jadi bosan sama gue."
"Karena tantangannya sudah nggak ada?"
"Karena gue sudah ada dalam genggamannya."
Reaksi saya: Hah?? (yup, saya pembaca golongan kedua).
Sepertinya Flo adalah salah satu cewek yang menganggap hubungan cewek dan cowok adalah mana yang menguasai dan dikuasai.
Oke,
di luar ketidakcocokan pemikiran saya dengan para feminis garis keras
ini, novel marriageable memang easy to read meski ini novel dewasa (duh,
biasa baca novel anak-anak sih). Joke-joke yang dilontarkan dalam
dialog juga oke dan smart.
Karakter tiap tokoh tergali dengan
baik. Awalnya Flo dan Vadin sebagai tokoh utama sangat menonjol dan
teman-teman Flo masih samar karakternya, sehingga saya menganggap mereka
semua sama. Tapi perlahan karakter teman-temannya satu-satu dibuka dan
membuat pembaca bisa mengimajinasikan tiap karakter.
Ada beberapa
typo dan kesalahan seperti ketidakkonsistenan umur Flo yang tadi saya sebut. Tapi pada
akhirnya saya memberi bintang 3 karena novel ini mampu menarik saya
untuk membaca sampai selesai dalam waktu yang singkat :)
No comments:
Post a Comment