Sunday, February 23, 2014

Amsterdam by: Arumi E.

Karena lagi tertarik-tertariknya sama Belanda, novel ini pun masuk kantong belanja. Berbeda dari review-review sebelumnya, saya akan mereview novel ini seperti penulis dalam blog review buku dalam 5 menit yang udah nggak pernah update sejak 2007. Anggi, sebagai tokoh utama, akan menceritakan sendiri kisahnya. Selamat membaca....

 
Halo, namaku Anggi. Aku orang Jogja yang mengambil jurusan kepariwisataan. Aku cewek biasa-biasa saja, tapi hidupku sempurna! Sebagai seorang pelayan restoran sekaligus guide, aku beruntung karena ada sepasang suami-istri Belanda super baik yang mengajakku ke Belanda untuk jadi anak angkat mereka. Wow! Padahal mereka bahkan tidak bisa melafalkan namaku dan merubahnya jadi Enji.

Tanpa masalah berarti (ibuku langsung mengiyakan waktu aku mau ke Belanda, ibu sayang banget sama aku), aku ke Belanda dan punya kakak ganteng dan tinggi bernama Pieter.

Dari pertemuan yang kebetulan, aku yang bertampang biasa-biasa saja ini bertemu Jayden.

"Halo Enji, aku nggak bisa melafalkan namamu dengan baik, tapi gimana kalau kita pacaran?" tanya Jayden.

"Halo Jayden. Aku sebenarnya nggak suka-suka amat sama kamu, tapi karena kamu ganteng dan kayaknya pacaran sama seniman itu oke, aku mau deh pacaran sama kamu. Toh kalau aku suka sama Pieter bisa gawat, dia kan ceritanya kakakku."

Tak tahan digoda cewek cantik, Jayden pun selingkuh. Hubungan kami berakhir.

"Enji, kok kamu putusin aku!? Aku bisa jelasin!"

"Nggak perlu, semua sudah jelas."

"Karena aku tidur sama cewek lain, nggi?"

"Bukan, soalnya kamu nggak konsisten. Kadang manggil aku 'Enji', kadang 'Anggi'. Kamu mau ngeledek aku, ya??? Kita putus!!"

Hubungan kami pun benar-benar berakhir.

Di sinopsis belakang novel sih ceritanya aku akan bertemu cinta sejatiku yang bernama Ryuga. Tapi ini sudah 3/4 novel dan aku belum ketemu sama dia. Apa penulisnya salah tulis nama, ya? Jangan-jangan itu maksudnya Jayden? Iihhh.... ntar aku balikan lagi dong sama dia?

Oke, daripada pusing, mending aku pulang ke Jogja dulu deh. Ceritanya aku mau coba move-on dari Jayden. Padahal sebenernya aku kan nggak sakit hati amat, soalnya udah kubilang aku nggak suka-suka amat sama dia. Tapi nggak apa-apalah pulang ke Jogja sebentar, kali ada calon konflik baru. Dan lumayan bikin Pieter kangen pas aku nggak ada.

Di Jogja, bapak yang nggak pernah kuanggap bapak, mendatangi keluargaku. Setelah meninggalkan kami bertahun-tahun yang lalu, ntah dari cenayang mana bapakku itu tahu sekarang aku tinggal di Belanda.

"Oh, aku tahu! Bapak ini calon konflik baru!" seru pembaca yang antusias, akhirnya ada juga konflik dalam novel ini.

"Nggak, bapak cuma minta duit buat pengobatan. Aku kasih biar dia nggak ganggu kami lagi. Masalahnya selesai kurang dari 1 bab, kok."

"Jadi nggak ada hubungannya sama cerita kamu selanjutnya?"

"Nggak."

Kayaknya pembaca mulai berpikir untuk nge-drop novel ini, jadi aku pun kembali ke Belanda untuk membuat kemungkinan adanya konflik lain.

Ryuga akhirnya muncul! Cinta sejatiku di sinopsis! Calon konflik yang membuat Pieter makin cemburu! Yeah!

Cerita cinta kami berjalan mulus. Kami bertemu, kami akrab, dan akhirnya pacaran.

"Kamu sadar kan aku orang Jogja, bukan orang Jepang?"

"Iya. Orangtua kamu cuma iseng kasih nama, kan? Lagipula nama kamu nggak ada hubungannya dengan ceritaku."

"Jadi namaku bukan calon konflik?"

"Bukan, aku juga nggak masalah kalau namamu Paijo. Paling Pieter bakal salah sebut jadi Peiyo."

Tapi, kuliah Ryuga akhirnya selesai, dia pun kembali ke Jogja untuk menyelesaikan kontrak kerja. Aku ingin kembali ke Jogja tapi Pieter menahanku.

"Enji, jangan pulang, aku suka kamu, menikahlah denganku!"

"Tapi Pieter, kamu kakakku..."

"Kita kan bukan saudara sedarah, kita bisa menikah! Soal kamu Islam dan aku Katolik itu nomer ke-sekian lah. Masa judul novelnya Amsterdam tapi kamu malah jatuh cinta sama orang Jogja juga? Dia kuliahnya di Leiden pula. Yang kuliah di Amsterdam kan aku!"

"Tapi Pieter...." aku berpikir sebentar, "Oke, aku ke Jogja dulu sebentar deh. Kalau Ryuga kelihatan benar-benar cinta sama aku, aku nggak bisa nerima kamu. Tapi kalau Ryuga ternyata nggak antusias amat sama aku, aku mau deh sama kamu."

"Beneran? Oke, aku ikut ke Jogja!"

Ketakutanku terbukti, Ryuga akrab sama cewek lain dan nggak antusias pas aku dateng. Oke, aku pulang ke Belanda dan mempertimbangkan untuk menikah dengan Pieter.

"Kamu nggak melepas rindu sama keluarga ato apa gitu sebelum balik? Aku kan belum ketemu Ibu-bapakmu," tanya Pieter.

"Nggak usah, semua baik-baik saja tanpa konflik. Lebih baik kita ke Belanda dan selesaikan cerita ini segera."

"Oke."

Di Belanda, aku akhirnya hilang kontak dengan Ryuga. Tapi, seperti novel-novel kebanyakan, Ryuga datang di saat-saat terakhir untuk melamarku, mengempaskan kemungkinan Pieter, si tokoh paling baik dalam cerita ini untuk menikah denganku.

TAMAT

4 comments:

  1. ..............

    Ookay.......

    .............
    .............
    .............

    ReplyDelete
    Replies
    1. Huakakakakaka, komen apa isinya titik-titik doang???

      Eh, tapi ternyata seru juga bikin review begini untuk novel yang kurang oke :p

      Delete
    2. Speechless saya.
      Tapi bener ya kata Mas Sakti, "Pembaca itu mau melihat si tokoh menderita. Kalo cuma seneng-seneng doang mah nggak menarik."

      Delete
    3. Iyalah, tokoh apaan seneng-seneng doang?
      Ya tapi kalo menderita terus rasanya juga gimana gitu deh.... hahahaha xD

      Delete