Sunday, October 2, 2016

Marriageable (Mr AB vs Ms B) By: Senselly

Buku ini adalah salah satu buku "Blood Type Series" keluaran Grasindo. Tertarik beli karena pasangan cowok AB dan cewek B itu lucu banget. Mendadak keinget dorama seri "血液型別オンナが結婚する方法" tentang gimana cewek dari masing-masing golongan darah menemukan pasangan hidup dan menikah. Masing-masing ceritanya unik dan lucu-lucu banget. Enggak bosen nonton berkali-kali juga. Dan di seri kedua, tokoh utamanya adalah si cewek B dengan cowok AB. Si frontal yang enggak suka basa-basi, dan si tukang analisis yang terlalu hati-hati.

Kirain novel ini bakal menyajikan karakter yang paling enggak mirip sama apa yang saya tonton. Tapi taunya...

Baiklah, kita minta Kwon Wang-Ja, si cowok AB sekaligus tokoh utama untuk langsung menceritakan kisahnya di novel ini saja. Silakaan...

______________



Udah mulai, nih? Oke.

Halo, aku Kwon Wang-Ja. Namaku berarti 'pangeran', dan itu nama yang benar-benar pas mengingat aku ini seorang bangsawan. Yah, bukan benar-benar bangsawan, sih. Keluargaku kaya raya, dan aku bersikap seperti bangsawan. Seperti itulah.

Di awal cerita, aku tak sengaja bertemu dengan gadis pujaanku yang bernama Song Na-Ra. Karena aku cinta padanya, tentu saja aku tidak akan menyebutnya brengsek meski dia tidak datang saat kami sudah janji akan bertemu setelahnya. Walaupun dia tidak memberi kabar apa pun, aku juga tetap tidak akan menyebutnya brengsek. Aku kan cowok yang pengertian. Lagipula siapalah aku ini dibanding Song Na-Ra. Sebagai seorang bangsawan, aku memang agak pesimistis. Dan sebagai seorang AB, aku ini AB yang agak condong ke golongan darah A yang kurang percaya diri.

Di pesta pembukaan sebuah restoran tempat seharusnya aku bertemu Na-Ra, aku malah bertemu gadis lain bernama Oh Jin-ju. Singkat cerita, kami berkenalan dan kami sama-sama mabuk gara-gara patah hati. Dan seperti cerita-cerita klise pada umumnya, kami berakhir di ranjang kamarku. Tentu kurang lengkap kalau tidak ada yang memergoki kami, jadi ibuku memergoki saat kami tidur berdua.

Ibu marah besar tentu saja. Padahal kalau dia lihat dengan saksama, kami tidak melakukan apa-apa, kok. Pakaian Oh Jin-ju juga masih lengkap begitu. Iya aku memang melepas kemeja karena gerah, sih...

Tapi aku tidak mengatakan apa-apa pada ibu soal kebenaran itu karena kecelakaan tersebut akan membantu kami untuk modal akting ke depannya.

Sebelum kalian bingung, aku akan bercerita soal mengapa kami perlu akting.

Jin-ju sedang dijodohkan oleh cowok yang bernama sama denganku, tapi dengan marga yang berbeda, Lee Wang-Ja. Beruntung sekali dia dikelilingi cowok-cowok yang bernama 'pangeran'. Sayangnya, Jin-ju tidak suka dijodohkan oleh neneknya yang keras kepala dan masih sangat teguh memegang budaya tradisional Korea.

Untuk menghindari perjodohan itu, Jin-ju memintaku untuk pura-pura ingin menikah dengannya. Aku mau menolak karena aku kan setia sama Na-Ra meski jelas sudah ditolak mentah-mentah. Tapi akhirnya aku setuju juga supaya bisa mendapat pengakuan dari orangtuaku bahwa Wang-Ja bukan lagi laki-laki yang suka main-main, tapi laki-laki yang sudah pantas untuk menikah.

Jin-ju tidak memikirkan bagaimana kelanjutan akting ini. Apa kami harus benar-benar menikah nantinya? Apa kami akan kawin kontrak selama beberapa bulan, misalnya? Atau kami membatalkan pernihakan tepat sebelum hari H?

Aku sama-sama tidak berpikiran ke depan, sih. Jadi aku tidak protes. Padahal kalau nantinya kami menyelesaikan akting dan tidak jadi menikah sebelum hari H, aku pasti malah kena cap sebagai laki-laki plin-plan, jauh sekali dari predikat pantas menikah. Dan Jin-ju juga pasti bakal kembali dijodohkan karena pernikahannya denganku gagal.

Tapi sekali lagi, karena kami tidak berpikir sampai situ, jadi kami pura-pura saja dulu lah...

Keputusan Jin-Ju untuk pura-pura menikah denganku karena terlanjur hamil, membuat neneknya marah besar. (Sudah kubilang adegan kami terbangun dari ranjang ada manfaatnya, Jin-ju bisa pura-pura hamil. Padahal kalau lebih jeli seidkit, orangtua kami bisa membongkar kebohongan itu dengan mudah). Dan meski perjodohannya benar-benar batal, Aku dan Jin-ju harus menjalani tiga ujian kepantasan menikah. Entahlah dari budaya Korea sebelah mana calon pengantin harus menjalani ujian semacam itu.

Aku dan Jin-ju melewati ujian tertulis pertama dengan mudah. Begitu pula dengan ujian praktek kedua. Di titik ini, sebenarnya kami sudah merasakan perasaan suka satu sama lain. Tapi kami belum mau mengaku. Aku sih memang jaim. Tapi Jin-ju seharusnya kan lebih frontal. Kenapa dia nggak mau ngomong?

Karena Jin-ju nggak ngomong apa-apa, aku mengiyakan saja saat Na-Ra kembali mengajakku bertemu. Aku mulai suka Jin-Ju, tapi aku masih suka Na-Ra. Jadi kami bertemu di sebuah cafe. Dan seperti ingin membuat konflik tambahan, Jin-Ju juga janjian bertemu dengan adikku di sana. Seol-Ja ingin membahas soal pernikahan aku dan Jin-Ju di cafe dan waktu yang sama dengan aku dan Na-Ra.

Tiba-tiba saja, Seol-Ja mendatangi mejaku dan Na-Ra dan melabrak kami seperti yang biasa golongan darah B lakukan. Tembak langsung tanpa basa-basi. Sementara Jin-ju yang berstatus asli golongan darah B malah menunduk malu akan kelakuan Seol-Ja dan pura-pura pingsan untuk menghentikan keributan.

Aku dan Seol-Ja membawa Jin-Ju ke rumah sakit. Dan dokter di sana percaya saja kalau Jin-ju benar-benar pingsan hingga memberinya obat dengan indikasi kelelahan. Dokter macam apa yang tidak bisa membedakan pasien pura-pura pingsan dan yang tidak?

Setelah itu, aku dan Na-Ra kembali bertemu. Dan ternyata aku kepedean menyangka Na-Ra suka padaku. Dia hanya ingin meminta bantuanku untuk suatu proyek. Sebagai partner tentu saja.

Dan karena harapanku kandas, aku beralih ke Jin-Ju yang sepertinya punya bibit-bibit cinta padaku. Setidaknya kali ini aku punya harapan.

Lalu saat Jin-ju menyatakan perasaannya akhirnya datang juga.

"Untuk membuktikan kalau aku adalah golongan darah B murni, aku akan panjang lebar mengatakan kalau aku orangnya frontal dan tidak suka basa-basi. Aku juga akan mengatakan hal-hal yang tidak perlu dikatakan seperti mengapa aku harus mengungkapkan perasaan lebih dulu daripada terus menunggu, sebelum aku mengatakan aku suka padamu, Wang-Ja ssi..."

"Pembukaannya panjang, ya..."

"Yah, aku kan harus memberi penjelasan pada pembaca kalau aku itu orangnya begini dan begitu..."

"Oke...Jadi, kamu suka aku? Aku juga."

Akhirnya, ujian ketiga pun dimulai. Dan daripada ujian, ini lebih seperti interogasi karena nenek ternyata sudah tahu kalau Jin-Ju pura-pura hamil dan semua ini hanya akting belaka.

Setelah itu aku dan Jin-Ju menjelaskan kalau kami akhirnya benar-benar jatuh cinta dan ingin menikah. Pernikahan pun berjalan lancar dan kami hidup bahagia selamanya.

END

Udah, ya...

Sifat AB-ku dan sifat kebangsawananku sangat terlihat kan di novel ini?

Duh, sudah kubilang aku tidak se-desperate itu mengejar cinta Na-Ra! Aku cuma salah paham sedikit, kok!



No comments:

Post a Comment