Monday, October 31, 2016

The Chronicles of Audy 4: O2 - by: Orizuka



Akhirnya setelah tertunda sekian lama, saya berhasil menyelesaikan novel seri terakhir "The Chronicles of Audy" yang berjudul "O2". Maklumlah, karena kesibukan, saya bacanya jadi nyicil. Disambi sama nyicil novel-novel lain juga, jadi nggak beres-beres. Wahahaha.

Sejujurnya, agak ragu juga melanjutkan seri ini. Karena pasti seri terakhir itu fokus sama hubungan cinta Audy-Rex. Padahal saya malah nggak terlalu merhatiin soal hubungan mereka berdua. Karena sejak awal saya jatuh cintanya sama hubungan keluarga mereka. Entah kenapa saya merasa kalau ada romance-nya justru malah nggak sejalan sama tema keluarga yang mau diangkat. Or maybe it's just me. Hahaha.

Tapi pada akhirnya saya tetap beli dan baca karena saya suka banget diksi yang dipakai dalam novel seri ini. Otak seorang Audy itu menarik, dan menyenangkan bisa baca dari sudut pandang dia yang benar-benar ajaib. Saya suka banget sama kosa kata aneh macam pelamun purnawaktu, lem yang kurang adhesif, sejarah teh poci, superposisi cahaya, odong-odong berlampu, dan masih banyak yang lain. Selain itu juga dialog-dialognya yang entah kenapa ngena banget.

Jalan cerita sampai ending juga nggak mengecewakan meski dari seri ketiga semua udah tau kalau Rex bakal kuliah di MIT, Amerika.

Novel seri "The Chronicles of Audy" 1-4 memang layak untuk dikoleksi dan ada di rak buku saya :)

Don't mind the spoiler? Let's get started!



Buat saya sih awalnya emang agak membosankan karena mendadak Rex melamar Audy (dengan gaya Rex yang biasa tentu saja) dan membuat Audy galau sepanjang cerita. Baca pas Audy lagi galau itu.... aneh. Karena dia lagi biasa aja udah absurd. Pas lagi galau malah tambah random. Agak susah ngikutin pola pikirnya saat-saat begini. Meskipun nggak berarti ngikutin pola pikirnya pas lagi normal itu gampang, sih :))

Setelah kegalauan Audy, masuk ke masalah Rafael yang entah kenapa susah banget akrab sama Rex. Audy sama Romeo gagal menyatukan mereka. Tapi ilmu pengetahuan akhirnya menyatukan adik-kakak ini dengan sendirinya.

Dan saya mau nangis pas Rafael bilang "Aku mau belajar nanam yang banyak. Biar nanti pas Mas Rex pulang, Mas Rex nggak usah ke pasar lagi."

Sori, tapi boleh nggak pesen adik atau anak macam Rafael? AKUUHHH MAUUUU!!!!!!

Karena kepolosan dan kebaikan Rafael itu lah, dia nggak bergerak dari daftar pertama keluarga Rashad favorit saya.

Lalu yang naik tingkat adalah.... JENG! JENG! JENG!

ROMEO RASHAD!!

Selamat mas hacker dan tukang mbanyol, kamu naik dari peringkat tiga ke peringkat dua mengalahkan kakak Regan! :))

Yah, berhubung Regan nggak banyak nongol di seri keempat, apa boleh buat, posisinya diembat Romeo sekarang. Soalnya akhirnya setelah karakter Romeo yang sungguh apa banget di seri satu, jadi agak mending di seri dua dan tiga, akhirnya di seri empat ini dia bener-bener nunjukin sisi ke-kakak-an nya. Dan saya suka Romeo yang kayak gitu. Hahahaha.



Jadi, inilah posisi Keluarga Rashad di hati saya (ceilah):
1. Rafael Rashad
2. Romeo Rashad
3. Regan Rashad
4. Rex Rashad

Kalau cewek-ceweknya posisinya gini:
1. Missy
2. Audy
3. Maura

Maura agak mary-sue, sih. Dan dia nggak semenarik Missy atau Audy. Dan meski kekonyolan Audy selalu buat gue ketawa ngakak, tetep aja Missy di urutan pertama karena.... dia itu kayak kembaran saya. Wahahahahaha.

Lalu, sebenarnya ada cerita soal kenapa Rex benci ulang tahunnya dirayain. Dan alasannya itu sama persis kayak Sheldon Lee Cooper di TV series The Big Bang Theory. Mereka sama-sama jenius, dan nggak punya teman. Wajar kalau nggak ada yang mau dateng ke ulang tahun mereka. Tapii... beda dari Sheldon yang reaksinya selalu bikin orang-orang ketawa walaupun aslinya dia super nyebelin, Rex itu.... kaku. Gimana yak? Dia nggak lucuuuuu.... #ditampar

Rex itu susah ngomong dan selalu ngambil tindakan atas pertimbangannya sendiri tanpa memikirkan orang-orang di sekitarnya ngerti apa nggak sama keputusannya dia. Sheldon juga sama aja, sih. Bedanya dia dengan senang hati akan menjelaskan petimbangannya sampai alasan kenapa dia mengambil keputusan itu. Kayak waktu Sheldon mau ngadain rapat untuk mengubah tata tertib teman sekamar cuma gara-gara mau mengubah produk camilan yang biasa dia beli. Dengan alasan, camilan yang satu nggak ditaburi gula di atasnya, dan camilan penggantinya ada taburan gulanya. Sama-sama menyebalkan, sih. Tapi seenggaknya saya masih ketawa kalau denger alasannya Sheldon :))

Dan karena Rex benar-benar jauh dari tipe karakter kesukaan saya, dia nggak pernah naik dari urutan terakhir. Maaf ya, Rex :v

Laluuu... mendadak ada pairing dadakan dari novel ini yang membuat saya excited seketika.

ROMEO & MISSY!!!!

Beda dari Rex & Audy yang terkesan kayak pasangan Irie & Kotoko di Itazura na Kiss, Romeo & Missy itu kayak.... kayak apa ya? Sejujurnya saya belum nemu perbandingannya, sih.

Romeo yang tukang lawak, dan kalo bikin surat nulisnya begini....

Mas pasti pulang, Dik. 
Dari yang merindukanmu juga,
Romeo

Ketemu Missy yang mulutnya jahat dan asal nyeplos aja.

Romeo nangis di depan Missy ngakunya karena Missy yang ngomongnya jahat. Padahal mah cuma Missy yang langsung ngerti Romeo, makanya dia nggak ragu-ragu untuk menunjukkan kelemahannya di depan Missy.

Awww... co cwiiit....

Berharap ada sekuel soal material FTV "Cowok Banyol dan Cewek Lancang" ini secepatnya. Atau terpaksa saya bikin fanfiksi soal mereka sendiri. Hahahahaha.

No comments:

Post a Comment